LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA
PENERAPANNYA
A. LANDASAN PENDIDIKAN
Pendidikan sebagai usaha
dasar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta
pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat
penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia
dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah
landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan
penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan
teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan
1.
Landasan filosofis
Landasan filosofis merupakan
landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha
menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu, mengapa
pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dsb. Landasan
filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah,
falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa Yunani, philein
berarti mencintai, dan sophos atau sophis berarti hikmah,
arif atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan
konseptual sehingga menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan dunia.
Terdapat
kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba
merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha
mewujudkan citra itu.
Peranan
filsafat dalam bidang pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara
lain tentang:
a.
Keberadaan dan keadaan manusia sebagai
mahkluk di dunia ini.
b.
Masyarakat dan kebudayaannya
c.
Keterbatasan manusia sebagai mahluk
hidup yang banyak menghadapi tantangan
d.
Perlunya landasan pemikiran dalam
pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan (Wayan Ardhana, 1986: Modul
1/9)
Secara
historis terdapat dua aliran yang saling bertentangan tentang pandangan filosofis yakni idealisme
dan naturalisme (positivisme) dengan segala variasinya masing-masing (Abu
Hanifah, 1950).
Waini
Rasyidin membedakan antara aliran filsafat dan mahdzab pendidikan. Aliran
filsafat yang besar pengaruhnya terhadap pendidikan yaitu: idealisme, realisme
(positivisme materialisme), neothomisme, dan pragmatisme. Sedabgka mahdzab
filsafat pendidikan adalah esensialisme, parenialisme, progresivisme, dan
rekonstruksionisme.
Naturalisme
merupakan aliran filsafat yang menganggap segala kenyataan yang bisa ditangkap
oleh panca indra sebagai kebenaran yang sebenarnya. Bertentangan dengan itu Idealisme menegaskan bahwa hakikat
kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan.
Apa
yang dianggap realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagai
kebenaran bersifat spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah
sebagai kebenaran atau nilai sejati yang absolut dan abadi.
Selanjutnya
ada 4 mahdzab tentang filsafat pendidikan seperti dikemukaan dalam (Redja
Mudyahardjo, et. Al., 1992: 144-150; Wayan Ardhana, 1986; 14-180 yaitu:
1) Esensialisme
Esensialisme adalah mashab
pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar
esensial.
2) Perenialisme
Perensialisme adalah aliran
pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran,
keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
3) Pragmatisme dan Progresifme
Prakmatisme adalah aliran
filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang
pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan
tradisional.
4) Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah
mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai
pelopor perubahan masyarakat.
v Pancasila
sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989
menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa
Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia,
pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
2. Landasan Sosiologis
v Pengertian
Landasan Sosiologis
Sosiologi
pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola
interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkupnya meliputi:
1.
Hubungan sistem pendidikan dengan aspek
masyarakat lain
2.
Hubungan kemanusiaan di sekolah
3.
Pengaruh sekolah pada perilaku
anggotanya
4.
Sekolah dalam komunitas yang mempelajari
pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain dalam komunitasnya.
v Masyarakat
indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Masyarakat
mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antarsesamanya, saling tergantung
dan terikat oleh nilai dan norma yang disepakati bersama, serta pada umumnya
bertempat tinggal di wilayah tertentu, dan adakalanya mereka memiliki hubungan
darah atau memiliki kepentingan bersama.
Masyarakat
Indonesia saat ini masih ditandai oleh ciri unik yakni:
1.
Secara horizontal ditandai oleh adanya
kesatuan-kesatuan sosial atau komunitas berdasarkan perbedaan suku, agama, adat
istiadat, dan kedaerahan.
2.
Secara vertikal ditandai oleh adanya
perbedaan pola kehidupan antara lapisan atas, menengah, dan lapisan rendah.
Perkembangan masyarakat
Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal
tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat
dan komplek.
Berbagai upaya pemerintah
telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat
terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui
kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan
Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4,
pemasyarakatan P4 nonpenataran)
3. Landasan Kultural
Kebudayaan
dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat di
lestarikan / di kembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke
generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupun formal.
v Pengertian
Landasan Kultural
Kebudayaan sebagai gagasan
dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan
pendidikan, utamanya belajar.
Kebudayaan dalam arti luas
dapat berwujud :
(1)
Ideal seperti
ide, gagasan, nilai, dan sebagainya.
(2)
Kelakuan berpola
dari manusia dalam massyarakat, dan
(3)
Fisik, yakni
benda hasil karya manusia.
v Kebudayaan
sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional
Sisdiknas adalah pendidikan
yang telah berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
kebudayaan nasional haruslah di pandang dalam latar perkembangan yang dinamis
seiring dengan semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai
dengan asas bhineka tunggal ika.
4. Landasan Psikologis
Pendidikan
selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis
merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis
dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya
tentang proses perkembangan dan proses belajar.
v Pengertian
Landasan psikologi
Dasar psikologis berkaitan
dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman terhadap
peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah
satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan
psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
v Perkembangan
Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang
manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami peserta didik dan
menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh
kembang itu secara efektif dan efisien.
Seperti yang di kemukakan
teori A. Maslow kebutuhan di kategorikan menjadi 6, yaitu :
(1)
Kebutuhan fisiologis, kebutuhan untuk mempertahankan hidup
(2)
Kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk secara terus menerus merasa aman dan terbebas dari
rasa ketakutan.
(3)
Kebutuhan akan cinta dan pengakuan, kebutuhan berkaitan dengan kasih sayang dan cinta
dalam kelompok dan dilindungi oleh orang lain.
(4)
Kebutuhan harga diri (esteem needs), kebutuhan yang berkaitan dengan perolehan pengakuan
dari orang lain sebagai orang yang
berkehendak baik.
(5)
Kebutuhan untuk akulturasi diri , kebutuhan untuk dapat melakukan sesuatu dan
mewujudkan potensi- potensi yang di miliki.
(6)
Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami, kebutuhan yang berkaitan dengan penguasaan iptek.
5. Landasan Ilmiah dan
Teknologis
Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) mempunyai kaitan yang sangat erat. Seperti diketahui, iptek
menjadi bagian utama dalam isi pengajaran; dengan kata lain, pendidikan
berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek.
v Pengertian
Landasan IPTEK
Pendidikan yang berkaitan
erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang
proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya
berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar
IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan
fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
v Perkembangan
IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu
hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimulai
pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur
sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan
ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan
hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya
bagi masyarakat.
B. ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan
sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap
perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Khusus di Indonesia, terdapat
beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani,
Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam belajar.
1.
Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut
wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang
dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs.
R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso
Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut
telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
·
Ing Ngarso Sung
Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
·
Ing Madyo Mangun
Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
·
Tut Wuri
Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
2.
Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat
(life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan
seumur hidup (life long education).
Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan
dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
- Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
- Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
3.
Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar
mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan
menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan bila
diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian
dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan
motivator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih
kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
C. PENERAPAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN
Dalam kaitan penerapan asas-asas
pendidikan, dapat dikemukakan dalam beberapa keadaan, yaitu:
1.
Usaha pemerintah
memperluas kesempatan belajar. Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik
dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal,
non formal, dan informal; berbagai jenis pendidikan; dan berbagai jenjang
pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi.
2.
Usaha pemerintah
dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada semua jalur,
jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnya secara proporsional.
Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh
tanah air.
3.
Usaha pembaharuan
kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar mampu memenuhi
tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui
pendidikan.
4.
Usaha pengadaan
dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang belajar,
perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan
ketrampilan, sarana pendidikan jasmani.
5.
Pengadaan buku
ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat.
6.
Usaha pengadaan
berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan ketrampilan,
kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran
berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur.
7.
Peserta didik
mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang diminatinya. Peserta
didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri
8.
Peserta didik
mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar
dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang
diinginkannya.
9.
Peserta didik
yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan untuk
memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar
dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri.
10. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan
untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan
agar
dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai
sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai
jauh diatas normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar